Kamis, 08 September 2011

kandungan dan manfaat tomat



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Tujuan
1.      Memenuhi tugas
2.      Mengetahui kandungan dan manfaat tomat
3.      Mencari pengalaman
B.     Latar belakang
Tomat merupakan buah yang kaya gizi. Pada lapisan luarnya terdapat likopen, antioksidan yang dapat mencegah berbagai jenis kanker. Tomat biasa disebut para ahli sebagai lycopersicum esculentum mill, merupakan tanaman dari family solanaceae, yaitu berbunga seperti terompet. Bentuk, warna, rasa, dan tekstur buah tomat sangat beragam. Ada yang bulat, bulat pipih, keriting, atau seperti bola lampu. Warna buah masak bervariasi dari kuning, oranye, sampai merah, tergantung dari jenis pigmen yang dominan. Rasanya pun bervariasi, dari masam hingga manis. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan.
C.    Rumusan masalah
1.      Apa manfa’at tomat matang?
2.      Penyakit apa saja yang dapat disembuhkan oleh tomat?
3.      Apa saja kandungan gizi dari buah tomat?
D.    Manfaat penulisan
Manfaat karya tulis ini bagi penulis maupun pembaca yaitu agar lebih mengetahui kandungan dan manfaat dari tomat. Dan untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang hidup sehat. 





















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tomat matang bermanfaat perangi kolesterol
Para ilmuwan mengatakan tomat yang sudah dimasak bisa memiliki manfaat yang sama seperti statin untuk pasien yang berjuang melawan tingkat kolesterol tinggi atau tekanan darah tinggi.
Menurut penelitian itu seperti dikutip Daily Mail, tomat bisa menjadi “pilihan efektif” untuk statin, jenis obat-obatan yang umumnya diresepkan untuk kondisi ini yang bisa mengantar pada gangguan jantung. Dan, hanya dua ons pasta tomat atau seperdelapan sari buah tomat cukup bagi banyak pasien.
Rahasianya ada pada senyawa likopen yang memberi warna merah terang pada tomat matang. Anti-oksidan kuat ini penting bagi kesehatan sebagaimana itu membantu menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.
Tomat yang sudah dimasak adalah yang terbaik seperti ditunjukkan dalam tes tubuh bisa menyerap lebih banyak likopen dari tomat masak daripada tomat yang masih mentah.
Para pakar di Australia menganalisis hasil dari 14 penelitian internasional ke dalam manfaat likopen selama 55 tahun terakhir.
Mereka menyimpulkan bahwa itu bisa menyediakan pelindung alami untuk meningkatkan level dari apa yang disebut “kolesterol jahat” atau lipoprotein densitas rendah di dalam darah.
Efeknya bisa dibandingkan dengan dosis kecil statin yang digunakan untuk mengobati pasien dengan kolesterol atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini bisa menjadi faktor penyakit kardiovaskuler.
Salah satu penulis penelitian, Dr Karin Ried, dari University of Adelaide, mengatakan tomat terutama memiliki likopen tingkat tinggi.
Dalam jurnal Maturitas, dia menambahkan setengah liter sari buah tomat atau 50 gram pasta tomat setiap hari akan menyediakan perlindungan melawan penyakit jantung. Makan hanya sebuah tomat sehari tidak akan cukup.
            Tomat juga bisa mempertajam daya ingat. Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang.
             Kata "tomat" berasal dari kata dalam bahasa Nahuatl, tomatl (dieja: /t
ɔ.matɬ/). Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah beriklim Mediterania.
          Terdapat ratusan kultivar tomat yang dibudidayakan dan diperdagangkan. Pengelompokan hampir selalu didasarkan pada penampilan atau kegunaan buahnya. Berdasarkan tampilan terdapat buah tomat dengan kisaran warna dari hijau ketika masak, kuning, jingga, merah, ungu (hitam), serta belang-belang.
          Dari ukuran dan bentuk, orang mengenal kelompok tomat :
    * granola yang bentuknya bulat dengan pangkal buah mendatar dan mencakup yang biasanya           dikenal sebagai tomat buah (karena dapat dimakan langsung),
    * gondol yang biasa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval (biasanya yang ditanam di Indonesia adalah kultivar 'Gondol Hijau' dan 'Gondol Putih', dan keturunan dari kultivar impor 'Roma') dan termasuk pula tomat buah,
    * sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai untuk diolah dalam masakan
    * ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai pada tangkai buah yang panjang.
           Berdasarkan kegunaan orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan. Berdasarkan hal ini, fungsi tomat merupakan klasifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah.
     Buah tomat dikonsumsi dengan berbagai cara, termasuk mentah, sebagai bahan dalam banyak masakan dan saus, dan minuman. Tomat dianggap sebagai sayuran untuk keperluan memasak. Buah ini kaya akan lycopene, yang mungkin memiliki efek kesehatan yang menguntungkan.

Dr. Leane Suniar Manurung, MSc.  :
Melihat khasiat tomat begitu banyak, maka tomat baik dikonsumsi siapapun sejak usia dini. “Apalagi tomat juga tinggi kandungan vitamin C dan vitamin A, yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.”   Tapi tomat seperti apa yang baik dikonsumsi? Jika melihat dipasaran, kita bisa menemukan tomat dengan dua warna, yakni warna merah dan hijau. Perbedaan warna ini menunjukan kandungan vitaminnya. Menurut Leane, tomat yang baik dikonsumsi adalah tomat merah. Tomat berwarna merah mengandung vitamin C dan vitamin A lima kali lebih banyak dibandingkan dengan tomat hijau.Semakin matang tomat, semakin kaya kandungan vitaminnya. “Karena itu anak kecil sebaiknya dibiasakan banyak makan tomat merah. Ini penting untuk kesehatan matanya,” ujar Leane. Jadi, tak pelu ragu memberi si kecil tomat. Sejak usia 6 bulan, seorang anak mulai dibiasakan memakan tomat yang dicampur dengan sayuran lainnya.



Kandungan Gizi Tomat merah, mentah Nilai gizi per 100 g (3.5 oz)
Energi 75 kJ (18 kcal)
Karbohidrat 4 g
Gula 2.6 g
Diet serat 1 g
Lemak 0,2 g
Protein 1 g
Air 95 g
Vitamin C 13 mg (22%)





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ilmiah ini yaitu:
v Tomat yang masak memiliki manfaat bagi pasien yang berjuang untuk melawan tingkat kolesterol tinggi atau tekanan darah tinggi.
v Tomat juga memiliki manfaat untuk kekebalan tubuh.
v Kandungan Gizi Tomat merah, mentah Nilai gizi per 100 g (3.5 oz). Energi 75 kJ (18 kcal), Karbohidrat 4 g, Protein 1 g, Vitamin C 13 mg (22%).

B.     Saran
Dengan adanya karya tulis ini, penulis berharap agar masyarakat mengkonsumsi tomat sejak dari dini, karna tomat adalah buah yang kaya vitamin.

Selasa, 06 September 2011

SITI RUKAYAH


Di sebuah desa di pulau Sumatra tepatnya diranah Minang. Ada seorang gadis yang cantiknya bak bidadari, yang lembutnya bak orang Jawa dan suaranya bak nyanyian burung di pagi hari. Itulah dia siti Rukayah. Dia hidup bersama mandehnya dan kakaknya Rosiah. Kehidupan Siti sangat malang, mandehnya di bebani oleh hutang-hutang ayahnya yang meninggal setahun  yang lalu kepada seorang datuak yang bernama Datuak Malepoh. Mandeh tidak mampu membayarnya sehingga datuak meminta Siti sebagai penggantinya. Namun Siti sudah memiliki kekasih yang bernama Badrun.  Dia bekerja di Jakarta untuk memenuhi kehidupannya, sehingga mereka hanya dapat berkomunikasi melalui surat. Sejak Smandeh meminta Siti untuk menikah dengan Datuak, mandeh pun berubah menjadi orang tua yang bijaksana. Tidak seperti biasanya yang sering cerocos berbicara.
            Setiakah Siti menunggu Uda Badrun?ataukah Uda Badrun akan Pulang Menjeput Siti?

Babak I
Di sore hari Siti membantu Mandehnya membersihkan beranda rumah. Tiba-tiba Rosiah kakaknya Siti datang membawa surat.
Rosiah             : “Siti…. Siti…!!” (berteriak sambil berlari)
Mandeh           : “Manga kau lari-lari?” Awak gadih ndak elok lari-lari doh.”
Rosiah             : “Iyo mandeh…!!!” (mengerti apa yang dikatakan mandeh)
Siti                   : “Ado surek yo ni?”
Rosiah                   : “Iyo Siti, bacolah bantuaknyo dari si Badrun.” (sambil memberikan surat itu ke pada Siti)
Mandeh           : “Bacolah gadang-gadang, buliah nak tau lo mandeh ba a kaba Uda Badrun kau tu kini.”
Siti                   : (membaca surat dari Badrun)
Mandeh           : “Alah tu ! ndk usah tunggu-tunggu jo si Badrun tu lai, ndak ka pulang gai nyo doh.””
Rosiah             : “Ba a Mandeh ko? Agiah gai lah dukungan untuak Siti !”
Siti                   : “Mandeh…! Kalau Siti mancari urang lain berarti sia-sio panantian Siti salamo ko.”
Rosiah             : “Iyo Mandeh, Mandeh harus mangarati Siti.”
Mandeh           : “Ndak mangarati a jo lai? Kan yang elok Mandeh kecekan tu, ancak cari se urang kayo di kampuang kio lai.”
Siti                   : ‘Maaf Mandeh, tapi Siti ndak ingi menghianati Uda badrun doh.”
(Tiba-tiba Datuak Malepoh datang bersama istrinya untuk menagih hutang)
Datuak                        : “Assalamuaikum”
Mandeh           : “Waalaikumusalam”
                         Masuaklah Datuak, Piah….!!
(Datuak dan Piah istrinya pun masuak ke rumah mandeh, sementara Siti pergi ke belakang untuk mengambil air minum)
Mandeh           : “Datuak, ambo minta maaf bana, Utang tu allun bias jo lah ambo bayia kini. Tolong agiah tenggangan waktu supaya kami bias mandapekan pambayia nyo.”
Rosiah             : “Iyo Datuak, mambana kami!!”
Datuak                        : “ndeh..mandeh, lah tenggangan yang ka bara lai goh? Patang bisuak ka bisuak lo kecek Mandeh.”
Piah                 : “Iyo Mandeh, ndak ado urang yang sa-elok Kami ko lai doh, lah bara kali tenggangan yang kami agiah? Cubo lah ituang di Mandeh!”
Mandeh           : “Datuak, mambana ambo Datuak, tolonglah agiah waktu saketek lai, ambo janji ambo pasti ba usaho untuk mancari pitih pambayianyo.”
Datuak                        : “kama ka mandeh cari?”
Rosiah             : “Tolonglah kami Datuak!”
Piah                 :” agiahlah waktu 2 hari lai ba anyo da?”
Datuak                        : “Jadilah, 2 hari lai Kami ka mari!”
Mandeh           : “Ndeh… Datuak, mahon ambo 5 hari lai lah.”
Datuak                        : “maaf Mandeh, bisa rasan pitih ambo di Mandeh biko.”
Mandeh           :” Kalau 3 hari lai ba a Datuak?”
Piah                 : “Kecek Mandeh bajua bali wak? Banyak bana ago ka agonyo?.”
Mandeh           : “Mandeh, kini ambo agiah 2 pilihan, yang patamo madeh bayia utang tu 2 hari lai atau yang kaduo Si Siti jadi bini kadua ambo.”(mempertegas)
(semuanya terkejut apalagi Rapiah, dia tidak menyangka suaminya kan berkata seperti itu)
Piah                 : “Apo kecek uda ko? Ndak namuah Uda denai urus lai?”
Datuak                        : “Piah…!! Itu hanya sekedar ancaman.”
Piah                 : “Ancaman apo di uda ko? Sekedar lo lai tu? Lah sajaleh tu uda serius ngecek.”
Datuak                        : “Kal;au ndak picayo kau, ndak malah, tu a yang kau ingin kau lai?”
Piah                 : “Kalua uda pai jo 2 hari lai ka mari untuak malamar Siti, mako Denai minta di caraian.” (pergi meninggalkan Datuak)
Mandeh           : “Maafkan ambo Datuak, gara-gara ambo Datuak jo Piah jadi bacakak.” (merasa bersalah)
Datuak                        : “Pokoknyo mandeh harus mamilih yang duo tu ! “(lalu berlari mengejar Piah)
(Setelah Datuak dan Piah pergi suasana yang tegang berubah menjadi hening)
Mandeh           : “Siti…! Mandeh mohon manikah lah jo Datuak, ndak ka mungkin awak bias malunasi utang tu doh Siti”. (mandeh memecahkan keheningan dan disinilah mandeh mulai berubah menjadi orang yang lembut)
Siti                   :”Mandeh.. Siti yakin awak pasti bisa.”
Mandeh           : “Mandeh mohon Siti…”
Siti                   : “Baiklah Mandeh,,,” (menangis)
Rosiah             : “njan paso Siti, Mandeh. Ros janji Mandeh, Ros akan cari pitih untuak pambayia utang tu.”
Mandeh           : “njan Ros, beko utang batumpuak utang jadinyo.”
Rosiah             : “Mandeh..! “(membantah)
Mandeh           : “Ros…!” (menahan rosiah berkata kemudian pergi dari ruang tengah)

Babak II
       Dua hari yang dijanjikan pun datang, Datuak pergi ke rumah Siti tapi tidak bersama Rapiah. Tetapi Rapiah masih mengikuti Datuak dari belakang. Di perjalanan mereka bertemu dengan seorang Bule yang bernama Merre. Cuaca hari ini agak Gerimis, sehingga….
Datuak                        : (berjalan sambil melindungi wajahnya dari gerimis)
Merre               : (berusaha membuka payungnya dengan cepat)
Datuak                        : “haaa..! Hati-hati” (terkejut karena terkena payung si bule)
Merre               : “Sorry mister !” (merasa bersalah)
Datuak                        : “Ya… ndak apa-apa! “(lalu berjalan cepat meninggalkan si bule, namun setelah beberapa melangkah dia sempat menoleh ke belakang)
Piah                 :”hai bule…” (muncul mengejutkan kan Merre)
Merre               : “hai….!”
Piah                 : “cari siapa kamu di sini?”
Merre               : “Saya cari Ros !”
Piah                 : “Ros???”
Merre               : “Ya… Dia bekerja di post office.”
Piah                 :” Oooow si ros, ayo saya antar !” (berpikir kalua ini adalah peluang besar untuk mengikuti suaminya)
(Piah dan Merre pun sampai di rumah Rosiah)
Piah                 :” Ros… Ros.. Ros..!”
Rosiah             : “eh uni..! ado apo ni???”
Piah                 : “ko ado bule mancari kau..!” (sambil menunjuk bule itu)
Rosiah             : “Merre??? “(lalu langsung memeluk Merre)
Mandeh           : (mandeh keluar dari ruang tengah) “Ros, sia tu?”
Rosiah             : “iko kawan ros pas karajo di biro perjalanan dulu mandeh. Inyo alah duo taun di Indonesia.”
Mandeh           : “Bawolah masuak ka dalam ! ayo piah masuak..”
(mereka masuk kedalam tapi mandeh meminta ros untuk membawa Merre ke belakang)
Datuak                        : “Piah…??? Manga kau kamari?” (nada keras)
Piah                 : “Denai kamari madangga keputusan Mandeh.”
Mandeh           : “Duduklah dulu Piah !”
Datuak            :” Ba a jadinyo Mandeh?”
Mandeh           : “maafkan ambo Datuak. Ambo ndak bisa mambayia  utang tu doh. Jadi kini tasarah ka datuaklah.”
 Datuak           : “Siti harus jadi bini kaduo ambo.” (mempertegaskan)
Piah                 : “hhaa?? Uada mamiliah carai jo Denai??”
Datuak                        : “sia yang mamiliah bacarai jo kau? Bukannyo kau yang milih surang? Kalau kau minta carai. JADIH.”
Piah                 : “kurang aja kau Siti, apo yang kau pakai? Sampai tagilo-gilo laki den kau?”
Siti                   : “Uni…denai hanyo manolong Mandeh, ndak ado yang ambo pakai-pakai doh ni.”
Mandeh           : “Piah…! Untuak apo lo kami makai-makai tu?  Kami hanyo manuruikan pinta Datuak.”
Datuak                        : “Alah tu Piah, anak urang lah rancak jo sabananyo, njan manduah sumbarang se.”
Piah                 : “Uda.. Cubo lah uda pikia ! ba a kok uda ndak mambela denai?ba a kok uda ndak mamiliah si ros gai? Ba a kok uda mamliah si Siti gata tu?”
Siti                   : (tergangga mendengar kata-kata Piah)
Datuak                        : “Piah.. kalau Mandeh mambayia utang tu, ndak ka mabo nikahi gai Siti doh. Ndak ka mungkin awak agiah jo waktu, samakin awak agiah waktu samakin ndk do pitih baliau.”
Piah                 : “Denai ndak tau, yang jaleh hati ko lah sakik.” (sambil menunjuk hatinya kemudian pergi berlari)
Datuak                        : “Mandeh, tolong mandeh susun tanggalnyo, ambo datang bara hari lai.” (pergi mengikuti piah)
Mandeh           : (mengangguk dalam)
(setelah Datuak dan Piah pergi, Rosiah dan Merre keluar menghampiri Mandeh dan Siti)
Rosiah             : “Mandeh, tadi ro mancaritoan masalah awak ka Merre sadoalahnyo, dan Merre amuah manolong awak Mandeh.”
Mandeh           : “benar Merre?” (memperjelas)
Merre               :” iya Mandeh..” (meyakinkan)
Rosiah             : “tapi mandeh..”
Mandeh           : (terkejut) “tapi apo?”
Rosiah             : “Merre minta inyo yang jadi Bini kaduo Datuak, soalnyo inyo kamari mancari suami.”
Mandeh           : (berpikir kalau Datuak menikah dengan Merre bias gagal rumah mereka nantinya, tapi demi anaknya siti..) “kalau Merre yang Minta, ndk ba a doh.”
Merre               : “terimakasih Mandeh. Lalu kapan kita bisa pergi untuk membayar hutang itu?”
Rosiah             : “Kita pergi besok pagi, ndak ba a doh kan Mandeh?”
Mandeh           : “iyo,,, ndk ba a doh !”(sambil mengangguk)
Siti                   : “Terimakasih ya Merre, dengan menolong Mandeh berarti kamu juga menyelamatkanku.”
Siti                   : “Sama-sama Siti..”
Mandeh           : “kalu gitu mandeh masak dulu ka dapua, untuak makan beko malam.”
Siti                   : “Bia Siti yang manolong Mandeh.”(menawarkan)
Rosiah             : “Iyo, si Merre keceknyo ka mandi, bia ros antaanyo mandi ka sungai.”
Mandeh           :” iyo lah…!”
(mereka meninggalkan ruang tengah)

Babak III
Rosiah dan Merre pun pergi ke rumah Datuak untuk mengangtarkan hutang sekaligus untuk menyampaikan tujuan Merre. Sesampai di rumah Datuak mereka di sambut oleh Piah.
Rosiah             : “tok..tok..tok.. Assalamualaikum !”
Piah                 : “waalaikumusalam, manga kau kamari?”( dengan nada marah)
Rosiah             : “Denai ingin batamu jo Datuak uni, untuak mambayia utang Mandeh.”
Piah                 :” haa?? Hebat bana mandeh kau? Dimanyo dapek ptitih samalam se?”
Rosiah             : “indak dapek doh ni…”
Piah                 : “yo..masuak lah dulu, jalehan di dalam.”
(mereka pun masuk dan ternyata Datuak sudah duduk di ruang tamu)
Rosiah             : “Datuak, Denai kamari untuak maantaan utang Mandeh.”
Datuak                        : “ok bisa samalam se dapek pitih?”
Rosiah             : “Merre yang manoloang kami, Datuak. Tapi…”
Datuak                        :” tapi apo??”
Rosiah             : “Merre minta datuak manikahinyo.”
Piah                 : apo? Tu samo jo kau ndak malunasi hutang namonyo duh.(muncul sambil membawa air minum)
Datuak                        : “Diam Piah, Kalau Merre yang minta ambo amuah.”
Merre               : “apa kata Datuak ros?”
Rosiah             :” dia menerimamu Merre..”
Piah                 : “woi bule.. kamu mau menolong ya menolong saja.”
Merre               : “Uni, saya emang hanya menolong saja, dan mencari suami itu adalah tujuan utama saya datang ke sini.”
Piah                 : “jangan sok kamu bule, kalua itu tujuan kamu datang kesini berarti sama dengan membuat saya sakit hati.”
Datuak                        : (membiarkan istrinya dan bersandar ke kursi)
Merre               : “Saya tidak menyakiti hati uni, tapi uni yang merasa tersakiti sendiri”
Piah                 : “dasar bule tidak tau adat.”
Merre               : “apa maksud uni?”
Piah                 : “eh..bule, kamu harus memikirkan ini bulat-bulat.”
Merre               : “saya sudah memikirkan ini bulat-bulat.”
Piah                 : (semakin geram dengan sikap Merre) “woii… Bule kamu harus memikirkan kalau saya sakit hati karna kamu.”
Merre               : “Saya tidak pernah menyentuh hati uni, mana mungkin saya bisa menyakitinya.”
Rapiah             : “pintar sekali kamu mengecat bule.” (semakin geram)
Merre               :” maaf Uni, saya tidak bisa men-cat.”
Piah                 : “dasar Bule sinting. Tengen. Gilo 87.”
Datuak                        :” lah sudah piah?”(bangkit dari duduknya dengan tenang)
Piah                 : “iyo bana kurang aja uda ka denai, pokoknyo kini denai pai ka KUA untuak ma urus surek carai.”
Datuak                        : “Uruslah, dari pado panek lo ambo yang ma urus.”
Piah                 : “yo bana uda ndak punyo hati.” (kemudian meninggalkan Datuak)
Datuak                        : “Ros, iyo bana basungguah-sungguah si Merre ko jo ambo?”
Rosiah             : “Merre, kamu serius mai menikah dengan datuak?”
Merre               : “saya benar-benar menginginkan Datuak”
Rosiah             : “datuak danga surang kan?”
Datuak                        :” Baiklah, kapan akan direncanakan Merre?”
Merre               : “saya akan bermusyawarah dulu dengan Mandeh.”
Datuak                        : “baiklah kalau begitu saya akan datang seminggu lagi kerumah kau ros.”
Rosiah             : “iyo datuak, kalau gitu kami pamit pulang dulu datuak.”
Datuak                        :” iyo ros, sampaian salam ambo ka Mandeh jo Siti di rumah.”
Rosiah             : “samo-samo Datuak !”
Merre               : ““permisi Datuk !”
Datuak                        : “iya Merre !”
Rosiah             : “asalamualaikum “
Datuak                        : “waalaikumusalam”

Babak IV
Hilangnya beban Mandeh dengan hutang-hutang almarhim suaminya mebuat Siti senang, tapi dia sedih karena tidak mendapat surat lagi dari Uda Badrun. Terakhir dia menerima surat dari Badru yaitu saat datuak datang menagih hutang. Lain halnya dengan Merre. Dia mengubah keputusannya untuk menikah dengan Datuak dan memilih kembali ke Belanda.
Sebelum Rosiah pergi berangkat ke tempat kerjannya, Rosiah berbincang-bincang dulu dengan Mandeh dan Merre, tiba-tiba Siti datang menghampiri mereka.
Siti                   : “Mandeh…!”
Mandeh           : “apo Siti??”
Siti                   : “Mandeh, ba a kok ndak do surek dari uda Badrun lai? Apokah sio-sio panantian Siti salamo ko?”
Mandeh           :” Siti…ndk ado yang sio-sio doh, mana tau beko uni Ros ado mambawo surek pulang.”
Rosiah             :”Iyo Siti, beko bia Uni caliak.”
Merre               : “Mandeh.. “(mengalihkan pembicaraan)
Mandeh           :” iya Merre..”
Merre               : “setelah saya pikir-pikir ternyata saya sangat keterlaluan pada Uni piah.”
Mandeh           : “maksud kamu apa Merrre?”
Merre               : “Saya ridak ingin merusak rumah tangga Uni piah Sama Datuak, saya malu datang-datang kesini merusak hubungan orang.”
Rosiah             : “kenapa kamu berpikir seprti itu Merre?”
Merre               : “saya teringat kata-kata Uni Piah.”
Mandeh           : “Merre, kalau kamu membatalkan pernikahanmu dengan datuak Karena tidak ingin menyakiti hati Piah, itu sangat bagus sekali. Memeng tidak selayaknya kamu membuat Piah sakit hati.”
Merre               :” iya Mandeh, makanya saya memutuskan untuk balik ke Belanda.”
Rosiah             : “kapan kamu kan baliak Merre?”
Merre               :” saya akan balik pagi ini, bersama dengan kamu pergi ke kantor pos nanti.”
Siti                   : “Merre, terima  kasih ya !”
                         “Orang sebaik kamu memang tidak pantas menikah dengan Datuak itu.”
Merre               :” iya siti, semoga Uda Badrun datang menjeputmu.”
Siti                   : “amin… terima kasih Merre.”
Rosiah             : “Mandeh lah satangah lapan hari aa, denai harus pai karajo.”
Mandeh           :” iyo, pai lah lai beko talambek.”
Rosiah             : “ayo Merre, kamu jadikan pergi sekarang?”
Merre               : “Iya ros.”
                         “Mandeh, saya pamit dulu. Maafkan kesalahan saya aelama disini dan tolong sampaikan maaf saya kepada Datuak karena saya membatalkan pernikahan ini.”
Mandeh           : “apa kamu tidak mau bertemu dulu dengan Datuak?”
Merre               : “tidak Mandeh, saya takut bertemu dengannya.”
Mandeh           :” baiklah, jaga dirimu baik-baik ya…”
(Merre pun menyalami Mandeh dan Siti kemudia pergi)
Siti                   : “Mandeh, ternyata urang barat tu elok yo?”
Mandeh           : “iyo Siti, ndak sadoalah uarang barat lo yang jaek doh.”
Siti                   :” iyo mandeh..”
(tiba-tiba Datuak datang untuk menanyai keputusan Merre)
Datuak                        :” Assalamualaikum !”
Mandeh           : “waalaikumusalam”
                        “Datuak?? Masuaklah datuak.”
Datuak                        : “mandeh ambo kamari mancari Merre, ma Merre Mandeh?”
Mandeh           : “maafkan ambo Datuak, Baru sajo Merre pai jo si Ros.”
Datuak                        :” Pai kama?”
Mandeh           :” inyo baliak ke Belanda Datuak.””
Datuak                        :” baliak? Ndak jadi inyo manikah jo ambo?(terkejut)
Siti                   : “maaf Datuak, Merre pai karano ndak ingin manyakiti hati uni Piah, dari pado inyo mambuek uni Piah sakik hati ancak nyo pai. Dan inyo pun manyampaian salam maaff ka Datuak.”
(tiba-tiba Rapiah datang membawa tas dan selembar surat cerai)
Piah                 : “Uda…
                          Iko surek carai, alah denai urus, uda ndak paralu ma urus laid oh. Kini ambo ka baliak ka rumah urang tuo denai.” (langsung pergi dan meninggalkan surek carai)
Datuak                        : “Piah…” (datuak panic, sudah jatuh tertimpa tangga)
Datuak                        : “ba a nasib ambo lai goh mandeh? Jo sia ambo iduik lai?”
Mandeh           : ”sanalah datuak, mungkin iko peringatan untual datuak.”
Datuak                        : “Arrrrrggghhhh….”
                         (datuak pergi dari rumah Mandeh dengan persaan kesal)
Siti                   : “Mandeh… Ibo siti mancaliak Datuak jadinyo, sudah ditinggaan Merre kironyo Surek carai tibo lo dari Uni Piah.”
Mandeh           : “tu lah kau Siti, bisuak ko kalau ado yang baru yang lamo njan di lupoan.”
Siti                   : “Iyo mandeh.”
(beberapa saat kemudian Rosiah Datang berlari sambil membawa surat)
Rosiah             : “Siti… Siti…”
Siti                   : “Uni??? Kok capek pelang ni?”
Rosiah             : “Uni diminta izinan Merre tadi jadi bisa capek pulang.”
Mandeh           : Amplop apo tu?”(sambil menunjuk amplop itu)
Rosiah             : “eh..iko surek untuak Siti dari si Badrun.”
Siti                   : “Ma ko ni?? “(kegirangan)
Mandeh           : “Bacolah, ma tau nyo ka pulang gai beko.”
Siti                   : (membaca surat Uda Badru dengan perlahan)
Siti                   : “Mandeh, ndak sio-sio panantian Siti salamo ko doh.”
Mandeh           : “ndak do yang sio-sio doh Siti,,”
Siti                   : “iyo mandeh.”
Rosiah             : “karano kesabaran kau salamo ko Siti, makonyo Allah ma agiah hadiah yang istimewa untuak Siti.”
Siti                   :” iyo ni… mudah-mudahan Uni dapek hadiah istimewa lo dari Allah.”
Mandeh           : “Mudah-mudahan awak sadolahnyo dapek hadia yang elok dari Allah.”
(Mandeh mendekap anak tersayangnya)
            Orang yang sabar pasti akan mendapat balasan dari kesabarannya dan orang yang tidak peduli dengan kehidupan sebelumnya maka ia akan merasakan penyesalan saat kehidupan sebelumnya itu hilang.





Judul               : SITI RUKAYAH
Tema               : kesabaran dan ketidakpedulian
Amanat           : 1.  Kalau ada yang baru yang lama jangan di lupakan
2.  Bersabar
Latar                : di rumah Siti, di rumah Datuak
Tokoh              : 1. Siti Rukayah         : baik, lembut, patuh
2.  Datuak                 : keras,  pemarah, tidak peduli,   egois
3. Mandeh                 : bijaksana,baik
4. Rapiah                   : egois, keras kepala
5. Merre                     : baik, mau menolong
6. Rosiah                   : pengertian

Dekorasi latar :
Babak I             : di beranda bagian depan rumah, terdapat empat kursi dan satu meja bundar
Babak II            : 1.di jalan terdapat tikungan/simpang dan keadaan cuaca gerimis
2.di ruang tengah, terdapat empat kursi dan satu meja bundar
Babak III          : di sebuah ruang tamu yang megah, terdapat kursi kayu Jati. Terdiri dari satu kursi panjang dan tiga berukuran lebih kecil dan terdapat meja persegi.
Babak IV          : di beranda bagian depan rumah, terdapat empat kursi dan satu meja bundar